Bedah Buku The Art of Loving: Tutorial Mencintai & Menguasai Seni Cinta Sejati ala Erich Fromm

Published by admin on

Reading Time: 11 minutes
the art of loving bahas psikologi

Key Points Buku Seni Mencintai Erich Fromm:

  • Cinta Itu Seni, Bukan Perasaan: Fromm: cinta butuh usaha dan keterampilan, seperti tutorial mencintai.
  • Atasi Keterasingan: Cinta adalah solusi matang untuk kebutuhan dasar manusia akan persatuan.
  • 4 Pilar Seni Cinta: Disiplin, konsentrasi, kesabaran, dan menjadikan cinta prioritas utama.
  • Aksi Nyata Cinta: Memberi, merawat, bertanggung jawab, menghormati, dan memahami.
  • Cinta Beragam: Dari persaudaraan, keibuan, erotis, hingga cinta diri sehat.
  • Hindari Cinta Patologis: Waspadai bentuk cinta merusak seperti simbiotik atau posesif.

  • Tantangan Era Digital: Distraksi mengancam, tapi prinsip tutorial mencintai tetap relevan.
  • Cinta Investasi Hidup: Menguasai seni mencintai kunci hidup bermakna dan berdampak.
  • Kesimpulan: Menguasai tutorial mencintai Fromm adalah fondasi untuk hubungan autentik dan kehidupan yang berartin.

1. Pendahuluan: Ilusi Cinta dan Panggilan untuk Memahami (Revolusi Perspektif Erich Fromm)

Dalam hiruk pikuk kehidupan modern, konsep cinta seringkali disalahpahami sebagai sekadar perasaan manis yang datang secara pasif, seperti demam yang tiba-tiba menyerang. Kita sering berbicara tentang “jatuh cinta” seolah-olah itu adalah sesuatu yang terjadi pada kita, bukan sesuatu yang kita ciptakan atau usahakan. Media massa, film, dan budaya populer terus-menerus menggemakan narasi romantis yang dangkal, fokus pada kegembiraan awal, gairah sesaat, atau obsesi kepemilikan. Namun, di balik fatamorgana ini, ada suara yang telah lama mendesak kita untuk melihat lebih dalam: suara Erich Fromm.

Erich Fromm, seorang psikoanalis, filsuf, dan humanis-eksistensial terkemuka abad ke-20, menantang pandangan konvensional ini dengan karya monumentalnya, “The Art of Loving” (1956). Fromm berpendapat bahwa anggapan cinta sebagai perasaan pasif adalah akar dari kegagalan hubungan yang tak terhitung jumlahnya. Baginya, cinta bukanlah kebetulan atau takdir, melainkan sebuah seni, sebuah keterampilan yang memerlukan pengetahuan, disiplin, dan praktik. Ini adalah sebuah tutorial mencintai yang mendalam, bukan resep instan.

Di dunia yang serba cepat, individualistis, dan kadang teralienasi ini, pesan Fromm tentang tutorial mencintai tetap relevan, bahkan makin mendesak. Globalisasi, konsumerisme, dan dominasi teknologi digital membentuk cara kita berinteraksi, seringkali mengarah pada koneksi yang dangkal. Dalam konteks ini, memahami cinta sebagai sebuah seni adalah panggilan untuk kembali ke esensi kemanusiaan kita, membangun fondasi hubungan yang kuat dan bermakna. Untuk informasi lebih lanjut tentang berbagai aspek psikologi, Anda bisa menjelajahi bahas psikologi.

“To love somebody is not just a strong feeling — it is a decision, it is a judgment, it is a promise. If love were only a feeling, there would be no basis for the promise to love each other forever. A feeling comes and it may go. How can I judge that it will stay forever, when my act does not involve judgment and decision?” — Erich Fromm, The Art of Loving.

quotes mencintai erich fromm bahas psikologi

2. Mengapa Cinta Bukan Perasaan Pasif: Akar Alienasi Manusia dan Kebutuhan akan Persatuan

Fromm memulai bedah bukunya dengan menganalisis kondisi eksistensial fundamental manusia: keterpisahan (separateness). Sebagai makhluk yang sadar akan keberadaan dan kematiannya, serta kesendiriannya di alam semesta, manusia merasakan sebuah keterasingan yang mendalam. Kebutuhan akan persatuan (union) muncul sebagai dorongan paling kuat dalam diri manusia, sebuah upaya untuk mengatasi isolasi ini.

Sepanjang sejarah, manusia telah mencoba berbagai cara untuk mengatasi keterpisahan. Beberapa mencari persatuan melalui orgiastic states, seperti trans dalam ritual keagamaan atau penggunaan narkoba, yang menawarkan pengalaman persatuan sesaat namun superfisial. Lainnya memilih konformitas kawanan, meleburkan diri dalam kelompok sosial, kehilangan individualitas demi rasa aman. Ada pula yang menemukan persatuan melalui kreativitas, menyatu dengan hasil karya mereka. Namun, Fromm berpendapat bahwa cara-cara ini hanya memberikan persatuan yang parsial dan sementara, seringkali tanpa integritas individu.

Di sinilah peran cinta menjadi krusial. Bagi Fromm, cinta adalah satu-satunya jawaban yang memuaskan dan matang untuk mengatasi keterpisahan. Ini adalah paradoks: cinta memungkinkan dua individu yang terpisah untuk menjadi satu, namun tetap mempertahankan integritas dan individualitas mereka. Perbedaan mendasar yang ditekankan Fromm adalah antara “jatuh cinta” (falling in love) dan “berdiri dalam cinta” (standing in love). Jatuh cinta adalah fenomena awal yang mudah, seringkali didorong oleh gairah dan ilusi, di mana dua orang merasa “melebur” karena rasa keterpisahan mereka teredakan sementara. Namun, perasaan ini cenderung memudar seiring waktu. “Berdiri dalam cinta,” sebaliknya, adalah sebuah tindakan aktif, sebuah keputusan sadar, dan komitmen untuk menjaga persatuan tersebut melalui usaha berkelanjutan. Inilah bagian pertama dari tutorial mencintai yang diajarkan Fromm.

seni mencintai bahas psikologi

3. Cinta sebagai Seni: Pilar Disiplin, Konsentrasi, Kesabaran, dan Perhatian Utama (Langkah Awal Tutorial Mencintai)

Mengapa Fromm bersikeras bahwa cinta adalah “seni”? Analogi ini adalah inti dari seluruh filosofinya. Sama seperti seni melukis, bermusik, atau bahkan kedokteran, cinta bukanlah bakat bawaan yang muncul begitu saja. Ia adalah keterampilan yang harus dipelajari dan diasah. Sebuah tutorial mencintai yang sebenarnya memerlukan dedikasi yang sama seperti seorang seniman atau praktisi profesional. Fromm mengidentifikasi empat pilar mendasar yang wajib dimiliki oleh seorang “praktisi” cinta:

Disiplin: Mengapa Cinta Memerlukan Rutinitas dan Komitmen yang Sadar

Disiplin seringkali disalahartikan sebagai pengekangan atau paksaan, namun bagi Fromm, disiplin adalah kesadaran dan komitmen untuk melakukan sesuatu yang penting, bahkan ketika kita tidak “merasa” ingin melakukannya. Dalam seni mencintai, disiplin berarti secara sadar melakukan tindakan-tindakan yang menumbuhkan cinta setiap hari. Ini bisa berupa mendengarkan secara aktif, menunjukkan perhatian, atau meluangkan waktu berkualitas. Ini bukan tentang menunggu inspirasi atau perasaan cinta datang secara spontan, tetapi tentang menciptakan kondisi di mana cinta dapat tumbuh dan berkembang melalui tindakan yang konsisten dan disengaja.

Konsentrasi: Pentingnya Kehadiran Penuh dalam Setiap Interaksi, Tanpa Distraksi

Di dunia yang penuh distraksi, terutama di era digital, konsentrasi menjadi semakin langka. Fromm menekankan bahwa untuk mencintai, kita harus mampu berkonsentrasi penuh pada orang yang kita cintai. Ini berarti hadir sepenuhnya dalam setiap momen interaksi, tanpa memikirkan pekerjaan, media sosial, atau daftar tugas. Konsentrasi memungkinkan kita untuk benar-benar melihat dan mendengar orang lain, memahami nuansa emosi dan kebutuhan mereka. Tanpa konsentrasi, interaksi kita menjadi dangkal dan kita tidak akan pernah benar-benar terhubung. Ini adalah langkah vital dalam tutorial mencintai yang autentik.

Kesabaran: Proses Jangka Panjang dalam Pertumbuhan Cinta dan Penolakan terhadap Hasil Instan

Masyarakat modern, terutama yang terbiasa dengan kecepatan teknologi, menginginkan hasil instan. Namun, cinta sejati, seperti halnya seni besar atau pertumbuhan tanaman, memerlukan kesabaran yang luar biasa. Fromm menekankan bahwa cinta adalah proses jangka panjang yang melibatkan pertumbuhan, pembelajaran, dan menghadapi tantangan bersama. Kesabaran berarti menerima bahwa ada pasang surut, bahwa tidak semua hari akan sempurna, dan bahwa pertumbuhan pribadi serta pertumbuhan hubungan membutuhkan waktu dan dedikasi. Ini adalah penolakan terhadap mentalitas “sekali pakai” dalam hubungan.

Perhatian Utama (Ultimate Concern): Cinta sebagai Tujuan Hidup Utama, Bukan Prioritas Sekunder

Pilar terakhir adalah menjadikan cinta sebagai “perhatian utama” dalam hidup. Ini berarti cinta tidak hanya menjadi salah satu dari banyak prioritas (seperti karier, hobi, atau kekayaan), melainkan tujuan tertinggi yang mengintegrasikan semua aspek kehidupan lainnya. Ketika cinta menjadi perhatian utama, semua keputusan dan tindakan kita akan diwarnai oleh keinginan untuk mencintai dan dicintai dengan cara yang matang. Ini adalah komitmen fundamental yang melampaui keinginan sesaat atau kepentingan pribadi.

quotes seni mencintai erich fromm bahas psikologi

4. Komponen Utama Cinta Aktif: Memberi, Merawat, Bertanggung Jawab, Menghormati, dan Memahami (Praktik Nyata Tutorial Mencintai)

Setelah memahami pilar-pilar dasar, Fromm melanjutkan dengan menjelaskan komponen-komponen aktif dari cinta. Ini adalah tindakan-tindakan nyata yang menjadi bagian dari tutorial mencintai yang holistik:

Memberi (Giving): Esensi Cinta Sejati Bukan Mengambil, Melainkan Memberi Kehidupan

Bagi Fromm, esensi cinta sejati bukanlah mengambil atau menerima, melainkan memberi. Memberi di sini bukan berarti pengorbanan diri yang menyakitkan, melainkan ekspresi vitalitas dan kekuatan. Ketika kita memberi dari kelimpahan batin kita (misalnya, memberi kegembiraan, minat, pengertian, humor), kita merasakan diri kita menjadi lebih hidup dan kaya. Memberi adalah ekspresi tertinggi dari potensi manusia.

Merawat (Care): Perhatian Aktif terhadap Pertumbuhan dan Kebahagiaan Objek Cinta

Cinta sejati selalu melibatkan elemen perawatan. Ini adalah perhatian aktif terhadap kehidupan dan pertumbuhan orang yang kita cintai. Seorang ibu merawat anaknya, seorang seniman merawat karyanya. Dalam cinta antarmanusia, perawatan berarti kita secara aktif terlibat dalam kebahagiaan dan perkembangan pasangan atau orang yang kita cintai. Kita tidak hanya peduli, tetapi kita bertindak untuk mendukung pertumbuhan mereka.

Bertanggung Jawab (Responsibility): Menanggapi Kebutuhan Objek Cinta, Bukan Hanya Kewajiban

Tanggung jawab dalam konteks cinta berarti kemampuan untuk menanggapi (response-ability) kebutuhan objek cinta, baik yang diekspresikan maupun yang tidak. Ini bukan kewajiban berat yang dipaksakan, melainkan tindakan sukarela yang didorong oleh keinginan untuk menyejahterakan. Kita merasa bertanggung jawab karena kita peduli, bukan karena kita harus.

Menghormati (Respect): Melihat Orang Lain Sebagaimana Adanya, Mengakui Keunikan dan Individualitas Mereka

Penghormatan dalam cinta berarti melihat orang lain sebagaimana adanya, mengakui keunikan dan individualitas mereka. Ini adalah kemampuan untuk membiarkan orang lain tumbuh dan berkembang sesuai dengan caranya sendiri, tanpa mencoba memanipulasi atau mendominasi mereka. Menghormati berarti mencintai kebebasan dan pertumbuhan orang lain. Tanpa penghormatan, cinta akan berubah menjadi bentuk kepemilikan atau penguasaan.

Memahami (Knowledge): Mengetahui Inti Terdalam dari Objek Cinta, Melampaui Gambaran Permukaan

Untuk benar-benar mencintai, kita harus berusaha memahami orang lain secara mendalam. Ini bukan hanya pengetahuan permukaan tentang kebiasaan atau preferensi, tetapi pemahaman tentang inti terdalam mereka, ketakutan, harapan, dan impian mereka. Pemahaman ini hanya bisa dicapai melalui konsentrasi, kesabaran, dan kemampuan untuk melihat melampaui ilusi yang sering kita ciptakan tentang orang lain.

5. Cinta sebagai Orientasi Karakter: Dari Cinta Romantis ke Cinta Kehidupan (Jenis-jenis Cinta yang Perlu Dikuasai)

Fromm melangkah lebih jauh dengan menjelaskan bagaimana cinta tidak hanya terbatas pada hubungan romantis, melainkan sebuah orientasi karakter yang dapat diterapkan pada berbagai bentuk hubungan. Memahami ini adalah bagian penting dari tutorial mencintai yang komprehensif.

Cinta Persaudaraan (Brotherly Love): Fondasi dari Semua Jenis Cinta

Cinta persaudaraan adalah bentuk cinta yang paling fundamental dan dasar dari semua jenis cinta. Ini adalah kemampuan untuk mencintai manusia lain tanpa syarat, merasakan solidaritas, dan melihat kemanusiaan dalam setiap individu. Ini adalah cinta antara sesama, antara orang yang setara. Tanpa kemampuan ini, bentuk cinta lain tidak mungkin berkembang secara sehat. Anda bisa mendalami bagaimana interaksi antarmanusia bekerja dalam konteks yang lebih luas dengan membaca Bedah Buku Games People Play: Membongkar Sandiwara di Balik Hubungan Kita.

Cinta Keibuan (Motherly Love): Memberi Hidup dan Merawat Pertumbuhan, Tanpa Harapan Balasan

Cinta keibuan, dalam pengertian Fromm, adalah cinta tanpa pamrih yang berorientasi pada kehidupan dan pertumbuhan. Ini adalah cinta yang memberi dan merawat, yang berfokus pada memastikan bahwa objek cinta tumbuh menjadi individu yang mandiri, bahkan jika itu berarti harus melepaskannya.

Cinta Erotis: Hasrat Mendalam yang Perlu Diwaspadai Bahaya Posesifnya

Cinta erotis didefinisikan sebagai keinginan untuk persatuan total dan eksklusif dengan satu individu. Awalnya, ia sering dipicu oleh gairah dan daya tarik yang intens. Namun, Fromm mengingatkan bahwa bentuk cinta ini dapat menjadi patologis jika menjelma menjadi kepemilikan atau fusi egois yang mengisolasi pasangan dari dunia luar. Agar sehat, cinta erotis harus menjadi elemen dari spektrum cinta yang lebih luas, bukan entitas tunggal.

Cinta Diri Autentik: Kenapa Bukan Egois, Justru Kunci Hubungan Sehat

Cinta diri yang sehat adalah tidak egois, melainkan dasar untuk mencintai orang lain secara tulus. Ini tentang menghormati diri sendiri sebagai manusia yang berharga, mencintai kehidupan diri sendiri, dan bertanggung jawab atas pertumbuhan pribadi. Fromm menekankan bahwa kemampuan mencintai orang lain sangat bergantung pada kemampuan kita mencintai diri sendiri. Tanpa fondasi ini, hubungan rentan dipenuhi ketergantungan dan keputusasaan. Untuk pemahaman lebih lanjut mengenai sabotase diri, sebuah topik yang sering dibahas di bahas psikologi, Anda bisa membaca Law of Self-Sabotage: Membongkar Pola Sabotase Diri untuk Mengubah Takdir.

Cinta Tuhan (Love of God): Orientasi Spiritual terhadap Prinsip-prinsip Cinta Universal

Bagi Fromm, cinta Tuhan atau cinta akan prinsip spiritual adalah ekspresi dari kebutuhan manusia untuk memiliki orientasi dan makna. Ini adalah bentuk cinta yang melampaui individu dan berfokus pada ideal-ideal universal seperti keadilan, kebenaran, dan kebaikan. Ini bisa diinterpretasikan secara religius maupun non-religius, sebagai cinta terhadap nilai-nilai yang lebih tinggi.

6. Patologi Cinta: Ketika Cinta Menjadi Bentuk Pelarian dan Ketergantungan (Pahami Apa yang Harus Dihindari)

Bagian penting dari tutorial mencintai adalah memahami apa yang bukan cinta, yaitu bentuk-bentuk patologis yang sering disalahartikan sebagai cinta. Fromm mengidentifikasi beberapa jenis “cinta” yang sebenarnya adalah upaya untuk menghindari keterpisahan, namun dengan cara yang merusak.

Cinta Simbiotik: Bentuk Hubungan Saling Bergantung yang Merugikan

Ini adalah bentuk hubungan di mana dua individu kehilangan identitas mereka sendiri, saling bergantung secara patologis. Fromm membedakan dua bentuk utamanya:

  • Sadisme: Seseorang mengambil kendali dan mendominasi orang lain, mencoba mengatasi keterasingan dengan membuat orang lain bergantung.
  • Masokisme: Seseorang tunduk pada dominasi orang lain, mengatasi keterasingan dengan “melebur” ke dalam diri orang lain. Kedua bentuk ini adalah pelarian dari kebebasan dan kemandirian sejati.

Cinta Idolatrous: Mengidolakan Pasangan sebagai Dewa, Kehilangan Identitas Diri

Cinta ini terjadi ketika seseorang mengidolakan pasangan, menjadikannya pusat dunia dan satu-satunya sumber kebahagiaan dan makna. Dalam proses ini, individu kehilangan identitas dirinya sendiri, menempatkan seluruh harapan pada pasangan. Ketika pasangan gagal memenuhi ekspektasi ilusi ini, kekecewaan dan kebencian akan muncul.

Cinta Sentimental: Cinta yang Dangkal, Tanpa Komitmen Nyata, Hanya Fantasi

Ini adalah bentuk cinta yang hanya ada dalam imajinasi atau fantasi. Orang mungkin menikmati cerita cinta romantis atau film yang mengharukan, tetapi mereka tidak mau terlibat dalam usaha dan tanggung jawab yang diperlukan dalam cinta nyata. Cinta sentimental adalah pelarian dari realitas dan upaya yang dibutuhkan untuk membangun hubungan yang mendalam.

Cinta Berdasarkan Kepemilikan (Possessive Love): Menganggap Pasangan sebagai Properti, Bukan Individu

Ini adalah salah satu bentuk patologi yang paling umum di masyarakat konsumeris. Dalam cinta kepemilikan, pasangan dianggap sebagai properti yang dapat dimiliki atau dikendalikan, bukan sebagai individu yang bebas. Ada dorongan untuk memiliki, bukan untuk menghormati dan merawat. Hasrat untuk memiliki ini bisa dibahas lebih lanjut dalam konteks keinginan materialistik atau posesif lainnya, seperti dalam artikel The Law of Covetousness: Ketika Keinginan Bukan Lagi Tentang Apa yang Diinginkan. Ini bertentangan langsung dengan prinsip inti cinta sejati yang menghargai kebebasan.

7. Seni Mencintai di Era Distraksi: Tantangan dan Peluang Modern (Menerapkan Tutorial Mencintai di Dunia Digital)

Pandangan Fromm, yang ditulis di pertengahan abad ke-20, ternyata sangat relevan dengan tantangan cinta di era digital saat ini. Kapitalisme modern dan budaya konsumerisme telah membentuk pandangan cinta yang salah, melihat cinta sebagai komoditas yang bisa “dibeli” atau “dijual” di pasar perjodohan online, alih-alih sebagai proses penciptaan.

Distraksi Digital: Ancaman terhadap Konsentrasi dan Kehadiran Penuh dalam Hubungan

Era digital, dengan segala notifikasinya, adalah musuh utama dari konsentrasi dan kehadiran penuh—dua pilar penting dalam tutorial mencintai. Kita seringkali hadir secara fisik tetapi absen secara mental, terganggu oleh ponsel atau keinginan untuk multitasking. Ini mengikis kemampuan kita untuk benar-benar mendengarkan, memahami, dan terhubung secara mendalam dengan orang yang kita cintai. Untuk memahami lebih jauh tentang mengelola fokus di tengah hiruk pikuk digital, Anda bisa membaca Bedah buku Digital Minimalism Cal Newport: Panduan Hidup Fokus di Dunia Penuh Distraksi.

Tekanan terhadap Kecepatan dan Kepuasan Instan

Aplikasi kencan mendorong kita untuk menilai orang lain dalam hitungan detik, menciptakan budaya “geser kanan/kiri” yang dangkal. Ini bertentangan langsung dengan kesabaran yang ditekankan Fromm. Hubungan modern seringkali diuji oleh ekspektasi instan, menyebabkan banyak yang menyerah saat menghadapi tantangan kecil.

Meskipun ada tantangan, era digital juga menawarkan peluang. Platform komunikasi bisa digunakan untuk mempertahankan koneksi jarak jauh, asalkan dilakukan dengan konsentrasi dan tujuan. Diskusi online bisa menjadi forum untuk mengasah empati, dan platform edukasi menyediakan akses ke pengetahuan tentang psikologi hubungan. Kunci adalah menerapkan prinsip tutorial mencintai dengan sadar dan bijak dalam setiap interaksi digital.

Relevansi Filosofis dan Kritik: Melampaui Romantisme Klise (Refleksi Mendalam untuk Pemahaman Lengkap)

“The Art of Loving” bukanlah buku resep romansa. Ia adalah sebuah karya filsafat dan psikoanalisis humanis yang mendalam. Fromm dengan cemerlang mengintegrasikan gagasan-gagasan dari Freud (psikoanalisis), Marx (kritik masyarakat), dan tradisi humanisme-eksistensial untuk menawarkan pemahaman yang komprehensif tentang cinta.

Kritik terhadap Buku: Apakah Terlalu Idealistis?

Beberapa kritikus berpendapat bahwa pandangan Fromm tentang cinta terlalu idealistis dan sulit diterapkan dalam kenyataan sehari-hari. Mereka mungkin melihat tuntutan disiplin, konsentrasi, dan pengorbanan diri sebagai beban yang terlalu berat. Namun, Fromm akan berargumen bahwa seni sejati memang menuntut dedikasi tinggi, dan hanya dengan demikian kita bisa meraih kepuasan sejati.

Perbandingan dengan Pandangan Lain

Buku ini juga dapat dibandingkan dengan pandangan cinta dari filsafat Timur (seperti cinta kasih dalam Buddhisme) yang juga menekankan disiplin mental, atau pandangan neurobiologis modern yang melihat cinta sebagai reaksi kimia otak. Fromm melengkapi perspektif ini dengan fokus pada dimensi psikologis dan eksistensial, menyoroti bagaimana cinta bukan hanya biologi atau emosi, tetapi sebuah pilihan dan praktik hidup. Bagaimana insight Fromm menawarkan jalan keluar dari “Anxiety of Being” modern, sebuah kecemasan eksistensial yang seringkali kita rasakan di tengah ketidakpastian hidup, bisa dieksplorasi lebih lanjut dengan membaca Anxiety of Being: Menggali Jiwa Lewat Ketakutan. Penjelasan dan analisis mendalam semacam ini bisa Anda temukan lebih banyak di bahas psikologi.

9. Kesimpulan: Praktik Seni Mencintai sebagai Jalan Menuju Kemanusiaan Penuh (Langkah Akhir Tutorial Mencintai)

Pada akhirnya, “The Art of Loving” adalah lebih dari sekadar buku tentang hubungan romantis; ia adalah sebuah tutorial mencintai kehidupan itu sendiri. Pesan sentral Erich Fromm adalah bahwa cinta bukanlah keajaiban yang terjadi pada kita, melainkan pencapaian yang menuntut upaya sadar dan terus-menerus. Ini adalah keterampilan hidup yang esensial, sebuah seni yang harus kita praktikkan setiap hari.

Pentingnya usaha berkelanjutan dan dedikasi dalam cinta tidak bisa dilebih-lebihkan. Cinta sejati, dengan disiplin, konsentrasi, kesabaran, dan kemampuan memberi, merawat, bertanggung jawab, menghormati, dan memahami, adalah tindakan aktif yang membebaskan, bukan membelenggu. Ini adalah jalan menuju pertumbuhan pribadi dan koneksi yang lebih dalam, tidak hanya dengan orang lain tetapi juga dengan diri sendiri dan seluruh keberadaan.

Melalui buku ini, Fromm mengajak kita untuk memulai praktik tutorial mencintai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kita bisa melampaui ilusi romantis yang dangkal dan menemukan makna cinta yang sejati—sebuah perjalanan transformatif yang mengarah pada kemanusiaan yang lebih penuh, bahagia, dan berdampak. Untuk wawasan psikologis lebih lanjut, kunjungi bahas psikologi.


Daftar Pustaka

Fromm, E. (1956). The Art of Loving. Harper & Row.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *